POTENSI MINYAK ATSIRI SEBAGAI LIVELIHOOD MASYARAKAT PETANI PALA (Myristica fragrans) DI LAMPUNG
Tanaman pala (Myristica fragrans) merupakan tanaman multiguna penghasil rempah-rempah
dengan nilai ekonomi yang tinggi. Sejak dahulu komoditi pala ini sudah terkenal
ke mancanegara. Pala merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting karena
Indonesia merupakan negara pengekspor biji pala terbesar (sekitar 60%) ke pasar
dunia.
Tanaman pala tumbuh
dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika,
Asia dan Afrika. Pala termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15
genus (marga) dan 250 species (jenis). Dari 15 marga tersebut 5 marga di
antaranya berada di daerah tropis Amerika, 6 marga di tropis Afrika dan 4 marga
di tropis Asia (Rismunandar 1990).
Komoditi
pala ini yang biasanya dimanfaatkan adalah buahnya yang terdiri dari daging buah,
kulit biji, dan bijinya. Pohon ini mulai produktif pada umur 7 – 9 tahun dan
dapat tumbuh hingga ketinggian 20 meter. Sebagai komoditas ekspor, pala
mempunyai prospek yang baik karena akan selalu dibutuhkan secara kontinyu baik
dalam industri makanan, minuman, obat-obatan dan lain-lain. Kebutuhan pala dalam
negeri juga memiliki permintaan yang cukup tinggi untuk kebutuhan sehari-hari (Nurdjanah,
2007).
Biji
pala bubuk biasanya dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus,
sayuran dan minuman penyegar. Selain bijinya daging buah pala juga dapat dimanfaatkan
untuk diolah menjadi manisan, asinan, dodol, selai, anggur dan sari buah
(sirup) pala. Pohon pala juga mengandung minyak atsiri yang dapat dipakai sebagai campuran parfum atau
sabun. Minyak atsiri merupakan senyawa mudah menguap yang tidak larut dalam air
yang berasal dari tanaman.
Minyak
atsiri adalah salah satu hasil metabolit sekunder yang secara alami
merupakan bentuk pertahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Minyak atsiri dapat dipisahkan
dari jaringan tanaman melalui proses destilasi dengan tekanan rendah sedangkan
penyulingan dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan terbawanya minyak lemak
sehingga akan menurunkan mutu minyak atsiri. Sumber minyak atsiri dapat
diperoleh dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, batang,
akar ataupun rimpang. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di
dalam rambut kelenjar , di dalam sel-sel parenkim, terkadang dalam semua
jaringan
Untuk menghasilkan buah
pala dengan kualitas yang baik dibutuhkan biji pala dengan kualitas yang baik
pula, terutama buah pala dengan umur yang masih muda (umur petik buah).
Tabel
Kandungan air dan minyak berdasarkan umur petik buah (Sunanto, 1993).
Jenis
|
umur
petik (bulan)
|
Kadar
air (%)
|
Kadar
minyak (%)
|
Super/bejo
|
A.
3
– 4
|
9
– 15
|
13
– 15
|
Polong
|
B.
4
– 5
|
9
– 16
|
8
– 11
|
Tua
|
C.
5
– 6
|
9
– 11
|
4
– 7
|
Produksi minyak
pala per tahun sekitar 300 ton, produsen utamanya adalah Indonesia dan Sri
Lanka, dengan pasar terbesar adalah USA sekitar 75%.
Potensi
tanaman pala di Provinsi Lampung berada di Desa Batu Keramat, Kecamatan Kota
Agung, Kabupaten Tanggamus. Mayoritas masyarakat yang berada di desa tersebut
memiliki tanaman pala yang digunakan sebagai mata pencaharian pokok ataupun
mata pencaharian sampingan. Tanaman pala di desa tersebut ditanam di lahan
milik ataupun dikebun sekitar rumah. Pemanfaatan pala di desa tersebut masih
cenderung minim, dimana masyarakat memanfaatkan pala hanaya sebatas biji dan
fulinya untuk dijual ke pengepul. Untuk memaksimalkan potensi pala di desa
tersebut diperlukan pendampingan agar masyarakat bisa mendapatkan hasil yang
lebih optimal.
Konsep
pembangunan hutan berbasis masyarakat (PHBM) merupakan konsep pembangunan hutan
yang diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat di
sekitar hutan. Salah satu bentuk
pembangunan hutan berbasis masyarakat adalah hutan kemasyarakatan (HKm). Dengan adanya HKm kesejahteraan masyarakat
setempat dapat meningkat melalui proses pemanfaatan sumberdaya hutan secara
optimal, adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan
dan lingkungan hidup (Nandini, 2013).
Daftar
Pustaka
Nandini, R.
2013. Evaluasi Pengelolaan Hutan
Kemasyarakatan (HKm) pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung di Pulau Lombok.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman.
Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu. Lombok Barat. Nusa Tenggara
Barat.
Nurdjanah, N.
2007. Tekhnologi Pengolahan Pala.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bandung.
Rismunandar. 1990. Budidaya
dan Tataniaga pala Cetakan Kedua. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunanto, H. 1993 . Budidaya
pala Komoditas Ekspor. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Tidak ada komentar